Yayasan Betang Borneo Indonesia (YBBI), bekerja sama dengan Universitas Palangka Raya, berhasil menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Perempuan Adat, Krisis Iklim, dan Ketahanan Pangan: Konsep, Realitas, Peluang, dan Tantangan.” Acara yang merupakan bagian dari program Estungkara Road to Campus ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk dosen, mahasiswa, guru, siswa, organisasi masyarakat sipil (CSO), serta masyarakat umum.

Seminar ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai peran perempuan adat dalam pengelolaan sumber daya alam di tengah ancaman krisis iklim, sekaligus mengidentifikasi tantangan dan peluang yang mereka hadapi. Acara dimulai dengan sambutan dari Direktur YBBI, Afandy, diikuti oleh Communication Officer Kemitraan, Yael Stefani Sinaga, serta Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Palangka Raya, Dr. Natalina Asi, M.A., yang sekaligus membuka acara secara resmi. Ketiganya menekankan pentingnya peran perempuan adat dalam menjaga keberlanjutan budaya dan tradisi, serta perlunya dukungan untuk mengatasi tantangan yang muncul akibat krisis iklim.

Acara ini tidak hanya berfokus pada peningkatan kesadaran mahasiswa terhadap isu-isu masyarakat adat, tetapi juga mendorong partisipasi mereka dalam diskusi aktif serta kampanye di media sosial. Program ini membuka ruang bagi pemuda untuk terlibat lebih jauh, salah satunya melalui kesempatan magang dalam program Estungkara.

Seminar terbagi menjadi dua sesi yang membahas beragam perspektif terkait adaptasi perempuan adat terhadap krisis iklim. Pada sesi pertama, Beny, S.H., M.AP dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pulang Pisau memaparkan tentang “Peran dan Tantangan Pemberdayaan Perempuan untuk Ketahanan Pangan di Tengah Ancaman Krisis Iklim,” diikuti oleh Louise Theresia, S.H., L.LM, yang menyampaikan rekomendasi untuk memperkuat sistem ketahanan pangan masyarakat adat Dayak Ngaju di Desa Simpur dan Desa Pilang melalui program Estungkara. Perwakilan dari Kemitraan juga turut memaparkan temuan riset terkait kekerasan seksual terhadap perempuan adat.

Pada sesi kedua, Dr. Sari Marlina, S.Hut., M.Si, dosen Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, membahas hasil risetnya mengenai food estate dan ekofeminisme. Solidaritas Perempuan Mamut Menteng melanjutkan dengan pemaparan tentang peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan potret keadilan iklim di tingkat akar rumput. Selain itu, perwakilan perempuan adat berbagi pengalaman langsung mengenai tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Diskusi yang dipandu oleh Yuliana, S.Sos., M.A. dari Universitas Palangka Raya, dan Dionisius Reynaldo Triwibowo, jurnalis Kompas, berjalan interaktif dengan partisipasi aktif dari peserta. Diskusi ini menjadi ruang refleksi dan analisis mendalam terkait peran perempuan adat dalam menghadapi krisis iklim dan peluang untuk memperkuat ketahanan pangan.

Selain seminar, acara juga menampilkan Panggung Ekspresi dan pameran yang menghadirkan praktik baik perempuan adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Program Estungkara Road to Campus mempercayai seni dan budaya sebagai strategi efektif untuk menyebarluaskan pengetahuan adat kepada generasi muda dan dunia akademik. Melalui ruang ekspresi ini, orang muda yang tertarik pada isu masyarakat adat diberikan kesempatan untuk menyuarakan pandangan dan terlibat secara langsung.

Acara ini didukung oleh KEMITRAAN-Partnership melalui program Estungkara yang bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan inklusif bagi masyarakat adat, khususnya perempuan, anak, dan disabilitas, serta kelompok minoritas lainnya. Estungkara berfokus pada promosi kesetaraan gender, keadilan sosial, dan inklusi sosial.

Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan dapat tercipta kesadaran yang lebih mendalam terkait peran perempuan adat dalam menghadapi krisis iklim dan memajukan kesetaraan gender. Selain itu, hasil diskusi dari para narasumber diharapkan mampu memunculkan dukungan yang lebih luas dalam mendorong inklusi sosial bagi masyarakat adat, serta menyediakan solusi konkret untuk memberdayakan perempuan adat dalam menjalankan perannya di tengah tantangan yang ada.