Yayasan Betang Borneo Indonesia bersama Tropical Forest and Land Conservation (TFLC) Kalimantan dengan dukungan RMI-Indonesian Institute for Forest and Environment mengadakan pelatihan menganyam dan pembuatan mal kepada 12 kelompok penganyam di Kabupaten Katingan. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Rantai Pasok Rotan Terpadu (Community Empowerment through Integrated Rattan Supply Chain/CE-IRSC) yang bertujuan untuk memperkuat posisi penganyam dalam rantai pasok yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Pelatihan ini dilaksanakan pada 21 Agustus hingga 1 September 2025 yang diikuti oleh 299 orang dari 12 desa dan kelurahan di Kabupaten Katingan. Pelatihan ini diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan teknis dan mempercepat integrasi penganyam ke dalam rantai pasok rotan. Adapun 12 kelompok penganyam yang mengikuti kegiatan pelatihan meliputi:
| Kelurahan Kasongan Baru | Desa Tumbang Liting |
| Kelurahan Kasongan Lama | Desa Tewang Kadamba |
| Desa Tumbang Tanjung | Desa Talian Kereng |
| Desa Tura | Desa Talangkah |
| Desa Banut Kalanaman | Desa Tumbang Panggo |
| Desa Luwuk Kanan | Desa Luwuk Kiri |
Fokus Program: Integrasi Rantai Pasok dan Penguatan Kelembagaan
Yayasan Betang Borneo Indonesia yang berkolaborasi Tropical Forest and Land Conservation (TFLC) Kalimantan berperan sebagai pendukung lapangan dengan fokus pada fungsi Community Organizing (CO). Peran ini mencakup pengorganisasian penganyam, fasilitasi komunikasi dan koordinasi multipihak, serta pengawasan dinamika implementasi di tingkat komunitas.
Keterlibatan Yayasan Betang Borneo Indonesia memastikan bahwa manfaat ekonomi yang dihasilkan dari integrasi penganyam ke dalam rantai pasok diimbangi dengan peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan kelompok secara berkelanjutan. Upaya ini akan berkontribusi pada pembentukan Rantai Pasok Rotan Terpadu (Integrated Rattan Supply Chain/IRSC) di Katingan.
CE-IRSC tidak hanya berfokus pada aspek produksi, tetapi juga pada penguatan modal sosial, kelembagaan, serta perlindungan sosial-lingkungan yang inklusif dan berperspektif gender (GESI). Program ini berupaya mengatasi hambatan logistik dan keterbatasan sarana produksi yang selama ini dihadapi penganyam.
“Dukungan Community Organizer oleh Yayasan Betang Borneo Indonesia merupakan bagian dari upaya penguatan kapasitas penganyam rotan lokal yang mendorong kapasitas kepemimpinan dan penerapan prinsip-prinsip perlindungan sosial lingkungan serta GESI,” ucap Agustiandry, manajer advokasi Yayasan Betang Borneo Indonesia.
Pelaksanaan dukungan community organizing ini menjadi landasan strategis untuk mencapai tujuan utama program CE-IRSC, yakni terwujudnya rantai pasok rotan terpadu yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan adanya kolaborasi multi-stakeholder, potensi rotan Katingan diharapkan dapat menjadi motor penggerak diversifikasi ekonomi yang menyejahterakan masyarakat lokal.



